📌 Perkataan Paling Dusta.
Dari Abu Hurairah _radhiyallahu 'anhu_ bahwa Rasulullah _Shallallahu ’alaihi wasallam_ bersabda:
إِيَاكُمْ وَ الظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ
Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. [HR. Al Bukhari dan Muslim]
Hadits yang mulia ini sejalan dengan firman Allah ﷻ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. {Qs. Al Hujurat: 12}
Di dalam ayat ini Allah ﷻ tidak menyebutkan prasangka secara keseluruhan, dikarenakan prasangka yang dibangun di atas suatu indikasi/bukti maka itu tidak mengapa dan itu termasuk tabiat manusia.
Apabila dia menemukan suatu indikasi yang kuat yang menyebabkan dia untuk berprasangka baik atau tidak baik, maka wajib baginya untuk berpedoman kepada indikasi-indikasi ini dan itu tidak mengapa.
Akan tetapi hanya sekedar prasangka tanpa didasari indikasi inilah yang diingatkan Nabi ﷺ dan beliau ﷺ menyatakan bahwa ini merupakan perkataan yang paling dusta.
Karena manusia apabila berprasangka dirinya akan cenderung bergumam, "Si Fulan telah melakukan ini dan itu, dia menginginkan ini dan itu, dan lain sebagainya." Inilah yang disebut Nabi sebagai perkataan yang paling dusta.
Allah ﷻ melarang hamba-hamba Nya yang beriman dari kebanyakan prasangka seperti curiga dan menuduh berbuat khianat kepada keluarga, kerabat dan manusia pada perkara yang bukan tempatnya, karena sebagian hal tersebut adalah murni perbuatan dosa.
Maka hendaknya kebanyakan orang menjauhi dari sikap yang demikian dan oleh karenanya barangsiapa yang berprasangka, maka jangan tergesa-gesa langsung menjatuhkan vonis kepada orang tersebut.
🔍 Kesimpulan :
1. Penjelasan meninggalkan suatu amalan yang didasari prasangka yang hukum itu berputar padanya.
2. Wajibnya tidak tergesa-gesa dalam menghukumi seseorang berdasarkan prasangka semata yang hal itu bisa membahayakan orang yang bersangkutan.
3. Peringatan dari berprasangka secara mutlak.
4. Penjelasan bahwa prasangka merupakan bagian dari dosa dan termasuk jenis dosa yang besar. Wallahu A'lam, semoga bermanfaat.
|| Ust. Abdurrohman Abu Amroh. Sumber: Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dan Bahjatun Nazhirin Syaikh Salim Al-Hilali hafizhahullah.
┏▪📕📗━━━✍🏼━━━━━┓
*faidah فائدة*
┗━━━━━✍🏼━━━📙📘▪┛
Dari Abu Hurairah _radhiyallahu 'anhu_ bahwa Rasulullah _Shallallahu ’alaihi wasallam_ bersabda:
إِيَاكُمْ وَ الظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ
Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. [HR. Al Bukhari dan Muslim]
Hadits yang mulia ini sejalan dengan firman Allah ﷻ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. {Qs. Al Hujurat: 12}
Di dalam ayat ini Allah ﷻ tidak menyebutkan prasangka secara keseluruhan, dikarenakan prasangka yang dibangun di atas suatu indikasi/bukti maka itu tidak mengapa dan itu termasuk tabiat manusia.
Apabila dia menemukan suatu indikasi yang kuat yang menyebabkan dia untuk berprasangka baik atau tidak baik, maka wajib baginya untuk berpedoman kepada indikasi-indikasi ini dan itu tidak mengapa.
Akan tetapi hanya sekedar prasangka tanpa didasari indikasi inilah yang diingatkan Nabi ﷺ dan beliau ﷺ menyatakan bahwa ini merupakan perkataan yang paling dusta.
Karena manusia apabila berprasangka dirinya akan cenderung bergumam, "Si Fulan telah melakukan ini dan itu, dia menginginkan ini dan itu, dan lain sebagainya." Inilah yang disebut Nabi sebagai perkataan yang paling dusta.
Allah ﷻ melarang hamba-hamba Nya yang beriman dari kebanyakan prasangka seperti curiga dan menuduh berbuat khianat kepada keluarga, kerabat dan manusia pada perkara yang bukan tempatnya, karena sebagian hal tersebut adalah murni perbuatan dosa.
Maka hendaknya kebanyakan orang menjauhi dari sikap yang demikian dan oleh karenanya barangsiapa yang berprasangka, maka jangan tergesa-gesa langsung menjatuhkan vonis kepada orang tersebut.
🔍 Kesimpulan :
1. Penjelasan meninggalkan suatu amalan yang didasari prasangka yang hukum itu berputar padanya.
2. Wajibnya tidak tergesa-gesa dalam menghukumi seseorang berdasarkan prasangka semata yang hal itu bisa membahayakan orang yang bersangkutan.
3. Peringatan dari berprasangka secara mutlak.
4. Penjelasan bahwa prasangka merupakan bagian dari dosa dan termasuk jenis dosa yang besar. Wallahu A'lam, semoga bermanfaat.
|| Ust. Abdurrohman Abu Amroh. Sumber: Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dan Bahjatun Nazhirin Syaikh Salim Al-Hilali hafizhahullah.
┏▪📕📗━━━✍🏼━━━━━┓
*faidah فائدة*
┗━━━━━✍🏼━━━📙📘▪┛
Komentar
Posting Komentar