Seorang insan, sekalipun menyanggah perbuatan dan perkataannya yang dia ketahui bahwa itu batil atau salah dan dia mencoba memberi alasan tentang dirinya, maka sejatinya dia mengenali ucapan dan perbuatannya itu, meskipun dia berusaha menutupinya dari pandangan manusia, atau mengutarakan berbagai alasan. Tiada seorangpun yang paling bisa melihat dan mengenali apa yang ada pada dirinya dari dirinya sendiri.
Perhatikan Firman Allah Azza wa Jalla berikut:
بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Qs. Al Qiyamah : 14-15)
Penerapan ayat di atas:
1. Bagaimana sikap seorang muslim dalam menerima kebenaran dalil agama meskipun dirinya merasa berat untuk menerimanya?
Sikap yang benar adalah menerima dalil tersebut dan tidak menolaknya dikarenakan mengikuti hawa nafsu.
2. Bagaimana sikap seorang muslim dalam bergaul dengan sesama?
Sikap yang baik adalah tidak mencari-cari kesalahan dan aib saudaranya sedangkan dia melupakan aib dirinya sendiri.
Bakr bin Abdillah Al Muzani rahimahullah berkata, "Apabila engkau melihat seseorang yang suka mengorek-ngorek aib manusia sedangkan dia melupakan aib dirinya, ketahuilah bahwa orang itu sungguh telah tertipu. "
Manusia, selama dia mengetahui bahwa dia lebih mengetahui akan dirinya sendiri daripada orang lain, maka seharusnya dia memahami bahwa manusia terkadang memujinya pada suatu hari bahkan terkadang meremehkannya di hari itu juga, dan di waktu berikutnya dia mendengar suatu hari ada orang yang menjatuhkan harga dirinya, atau merendahkan kedudukannya dengan suatu kezhaliman dan pelanggaran, maka seorang yang mengenali dirinya tidak akan tertipu dengan suatu pujian yang tidak ada padanya, dan tidak berpengaruh celaan yang tidak pantas dia sandang, bahkan itu semua menjadikan dirinya semakin giat memperbaiki akan kesalahan diri, serta berusaha menyempurnakan diri sejauh yang dia mampui.
Kesimpulan:
1. Orang yang paling dekat atau mengenali diri seseorang adalah dirinya sendiri.
2. Tugas kita adalah instrospeksi diri, mengajari, dan menggembleng diri.
3. Janganlah seseorang sibuk dengan aib orang lain sehingga Allah jadikan dia lupa dengan aibnya.
4. Perhatian bagaimana perjalanan hidup orang shaleh bersama diri mereka.
Para Nabi mereka mengakui dosa dan kesalahan, diantaranya Nabi Adam 'Alaihis salam,
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Qs. Al A'raaf : 23)
Wallahu A'lam.
Sumber:
Al Qawaaidul Al Quraniyyah syaikh umar bin abdillah Al Muqbil
Komentar
Posting Komentar