Dikisahkan ada seseorang yang hendak melakukan safar dengan pesawat terbang, di tengah kesibukan aktifitasnya, dia persiapkan segala keperluan dan bekal perjalanannya. Kemudian dia berangkat menuju bandara, sesampainya di sana dia duduk di kursi tunggu untuk menanti jadwal keberangkatan. Dikarenakan lelah dengan aktivitasnya, Allah takdirkan dirinya dihinggapi rasa kantuk hingga akhirnya dia tertidur, disaat terbangun dia dapati pesawat telah landas dan dia kehilangan kesempatan untuk safar kali ini. Rasa sesal, sedih, dan menyalahkan diri sendiri menyelimuti diri, hingga beberapa saat kemudian semua itu hilang dari hati dan pikirannya, berita terjadinya kecelakaan pesawat terbang sampai pada dirinya, dan sungguh menghentakkan dirinya ternyata pesawat yang mengalami nahas itu adalah pesawat yang seharusnya dia tumpangi.
Dari kisah di atas atau kisah-kisah lain yang serupa, menjelaskan bahwa seorang insan, terkadang mengalami takdir yang menyakitkan, yang membuat jiwanya merasakan benci, lalu dia mengeluh atau dirundung kesedihan, dia mengira bahwa takdir tadi adalah sebuah pukulan yang menghancurkan cita-citanya dan hidupnya, lalu seketika takdir tersebut berubah menjadi kebaikan bagi dirinya dari arah yang tidak dia sangka.
Kebalikan dari itu, alangkah banyaknya manusia yang telah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang tampaknya adalah baik, berbagai cara dia tempuh guna mendapatkannya, segala daya upaya dan modal yang besar dia curahkan untuk mencapainya, namun ternyata perkaranya tidak sebagaimana yang dia inginkan.
Allah azza wa jalla yang maha bijaksana telah mengingatkan dalam al Quran yaitu firman-Nya:
ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. Al Baqarah:216)
Lebih jelas lagi kebaikan disini ditafsirkan dalam firman-Nya:
ِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs. An Nisaa:19)
Dua ayat yang mulia ini menjadi kaidah yang agung dalam agama Islam.
Dua ayat mulia ini menjadi kaidah yang mencakup urusan agama, dunia, badan, jiwa, yang mana itu semua tidak bisa terpisahkan dari kehidupan siapapun.
Sekiranya kita membuka kisah Al Quran dan lembaran sejarah, atau memperhatikan realita yang ada di dunia ini, niscaya kita dapatkan pelajaran dan penguat yang banyak. Diantara yang bisa kita ambil Ibrahnya adalah kisah-kisah berikut:
1. Kisah ibunda nabi Musa yang menghanyutkan putra kesayangannya ke laut.
2. Kisah kehidupan nabi Yusuf Alaihis salam.
3. Kisah Ummu Salamah yang ditinggal wafat suaminya yaitu abu Salamah.
Serta kisah-kisah yang lainnya.
Kesimpulan:
1. Pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik dari pilihan kita sendiri.
2. Jika kita renungkan dua nama dari nama Allah, niscaya hati kita akan tentram menerima takdir, yaitu Al Aliim dan Al Hakim Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Bijaksana.
3. Menerima ketetapan takdir dan bersabar atas takdir, merupakan dua faktor seorang mendapatkan kelapangan hati,
4. Sebesar apapun goncangan musibah hendaknya jangan sampai membuat seseorang lupa untuk berdoa mengalami kesedihan
Sumber:
Qawaid Quraniyyah, syaikh Muhammad Al Muqbil
Komentar
Posting Komentar