Sesungguhnya diantara karunia Allah ﷻ yang sangat besar bagi umat manusia adalah Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai rasul yang paling mulia dan penutup para nabi, untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Sebagaimana yang telah Allah ﷻ firmankan:
لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qs. Ali Imran:164)
Seorang muslim ketika mengucapkan Dua kalimat syahadat,
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Yang pertama bersaksi bahwa hanya Allah ﷻ satu-satunya sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar.
Yang kedua bersaksi bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah ﷻ
Dalam syahadat yang kedua ini terkandung dua rukun yang harus kita imani, yaitu:
Pertama: risalah (seorang rasul utusan Allah)
Allah ﷻ berfirman:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (Qs. At Taubah:128)
Firman-Nya:
مُحمَّدٌ رَسُولُ الله
Muhammad itu adalah utusan Allah. (Qs. Al-Fath:29)
Kedua: ubudiyyah (seorang hamba)
Menjadi keutamaan bagi Nabi ﷺ bahwa beliau di beberapa ayat disifati dengan sifat seorang hamba.
Allah ﷻ sebutkan dalam ayat-ayat berikut ini:
Surat Al-Israa ayat 1
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Surat Al-Furqan ayat 1
تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِۦ لِيَكُونَ لِلْعَٰلَمِينَ نَذِيرًا
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,
Surat Al-Kahfi ayat 1
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا ۜ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;
Surat Al-Baqarah ayat 23
وَإِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا۟ بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِۦ وَٱدْعُوا۟ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Disaat Allah ﷻ memuliakan Nabi-Nya dengan Israa’ mi’raj, dengan diturunkannya Al Quran kepada beliau, disaat Allah mengadakan pembelaan terhadap Al Quran, serta ketika Allah menantang kaum musyrikin untuk membuat satu surat semisal dengan AL Quran Allah menyebut Nabi Muhammad ﷺ dengan seorang hamba.
Nabi ﷺ sendiri menyebut dirinya dengan seorang hamba.
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah ﷺ menyampaikan khuthbah di hadapan manusia lalu bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ ذَلِكَ الْعَبْدُ مَا عِنْدَ اللَّهِ
"Sesungguhnya Allah telah memberi pilihan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah". (Abu Sa'id) berkata; "Tiba-tiba Abu Bakr menangis yang membuat kami heran dengan tangisannya hanya karena Rasulullah ﷺ mengabarkan ada seorang hamba yang diminta untuk memilih. Ternyata Rasulullah ﷺ adalah yang dimaksud dengan hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنْ أَمَنِّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبَا بَكْرٍ وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا غَيْرَ رَبِّي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ وَلَكِنْ أُخُوَّةُ الْإِسْلَامِ وَمَوَدَّتُهُ لَا يَبْقَيَنَّ فِي الْمَسْجِدِ بَابٌ إِلَّا سُدَّ إِلَّا بَابَ أَبِي بَكْرٍ
"Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Dan seandainya aku boleh mengambil puncak kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Sungguh tidak ada satupun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar". (HR. Al-Bukhari No. 3381)
Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba Allah yang paling sempurna penghambaan dirinya kepada Allah ﷻ, dan beliau menjadi hamba yang telah mencapai puncak dari kemerdekaan, mengapa? Karena siapa saja yang tidak menghamba kepada Allah ﷻ, niscaya dia menghamba kepada selain Nya, apabila Allah Dzat yang berhak untuk disembah tidak dia sembah, sejati orang tersebut telah menyembah syaitan dan hawa nafsu.
Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah-, dalam baitnya mengatakan:
هَرَبُوا مِنَ الرِّقِّ الَّذِي خُلِقُوا لَهُ وَبُلُوا بِرِقِّ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ
Mereka lari dari perbudakan yang untuknya mereka diciptakan. Dan mereka terperangkap dalam perbudakan hawa nafsu dan setan.
Dari dua sifat yang ada pada diri Rasulullah ﷺ, maka seorang muslim tidak boleh meremehkan, merendahkan, atau bahkan sampai menghina beliau, karena beliau adalah seorang rasul yang telah diutus oleh Allah ﷻ. Sebaliknya juga seorang muslim tidak boleh bersikap berlebihan, melampaui batas, hingga menempatkan diri beliau ﷺ pada derajat ketuhanan, karena beliau ada seorang hamba.
Dari Umar bin khatthab radhiyallahu ’anhu, beliau mendengar Nabi ﷺ bersabda,
«لا تُطْروني كما أَطْرت النصارى ابنَ مريم؛ إنما أنا عبده، فقولوا: عبد الله ورسوله»
“Janganlah kalian berlebihan-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah melebihi-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘’Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’” (HR. Al-Bukhari no. 3445)
Sebagai seorang muslim kewajiban kita terhadap diri beliau adalah sebagai berikut:
1. Mentaati perintahnya
Wajib bagi setiap muslim untuk mentaati beliau pada apa yang beliau perintahkan.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan,
نظرت في المصحف فوجدت فيه طاعة رسول الله ﷺ في ثلاثين موضعا...
“Aku memperhatikan ke dalam mushhaf, lalu aku dapati ayat berkaitan taat kepada Rasulullah ﷺ terdapat pada 30 tempat.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Batthah dalam Al Ibadah)
Imam Al Ajuri mengatakan,
ثم فرض على الخلق طاعته في نصف و ثلاثين موضعا من كتاب الله
“Kemudian diwajibkan kepada makhluk untuk mentaatinya (Rasulullah) pada 33 lebih tempat di dalam kitabullah.” (Asy Syari’ah imam Al Ajuri)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
و قد أوجب الله طاعة الرسول على جميع الناس في قريب من أربعين موضعا من القران و طاعته طاعة الله
“Dan sungguh Allah telah mewajibkan untuk mentaati Rasul kepada seluruh manusia hampir di 40 tempat dalam Al Quran dan mentaatinya adalah mentaati Allah.” (Majmu' Fatawa)
Firman-Nya.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah“. [An-Nisaa/4 : 80]
2. Membenarkan ucapan dan kabar dari beliau.
Yaitu menerima seluruh yang datang dari beliau tanpa ragu dan tanpa kecuali, karena beliau orang yang benar lagi dibenarkan, seorang yang dipercaya oleh Allah untuk menerima wahyu, setiap hal yang beliau kabarkan maka itu benar dan jujur.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى
إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Qs. An Najm : 3-4)
3. Menjauhi larangannya.
Menahan diri dari apa yang dilarang dan dicegah oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya.” [QS. Al-Hasyr: 7]
4. Beribadah kepada Allah dengan apa yang beliau syariatkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali Imran: 31]
Komentar
Posting Komentar