Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."
(Qs. al-A'raf:96)
Saudaraku seiman ketahuilah, hak Allah ﷻ wajib kita dahulukan daripada yang lainnya, kita harus lebih bersemangat dan bersegera jika menyangkut hat-hak Allah ﷻ, ini adalah bukti keimanan dan keluhuran akhlak serta ketinggian pengenalan seorang hamba terhadap Rabbnya ﷻ
Dari Mu’âdz bin Jabal Radhiyallahu anhu, ia berkata,
كنتُ رديف النبيِّ ﷺ على حمارٍ
“Aku pernah dibonceng oleh Nabi ﷺ di atas seekor keledai. Lalu Beliau ﷺ bersabda kepadaku:
يا معاذ، أتدري ما حقّ الله على العباد؟ وما حقّ العباد على الله؟
Wahai Mu’âdz! Tahukah engkau apa hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan apa hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allâh?’
Aku menjawab,
الله ورسوله أعلم،
‘Allâh dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda,
فإنَّ حقَّ الله على العباد أن يعبدوه ولا يُشركوا به شيئًا، وحقَّ العباد على الله أن لا يُعذِّب مَن لا يُشرك به شيئًا،
‘Hak Allâh yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allâh ialah sesungguhnya Allâh tidak akan menyiksa orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’
Aku bertanya,
يا رسول الله، أفلا أُبشر الناس؟
‘Wahai Rasûlullâh! Tidak Perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?’
Beliau ﷺ menjawab,
لا تُبَشِّرهم فيتَّكلوا
‘Janganlah kau sampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga mereka akan bersikap menyandarkan diri (kepada hal ini dan tidak beramal shalih)’.” (¹)
Ini merupakan perkara yang begitu agung, yaitu dua hak yang Agung,
Yang pertama: hak Allah ﷻ atas para hamba berupa mentauhidkan Allah ﷻ, ikhlas karena Allah, beribadah semata karena Nya, serta mentaati perintah-perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.
Yang kedua: hak para hamba atas Allah apabila mereka telah menunaikan hak Allah adalah mereka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam surga-Nya, diselamatkan dari ancaman siksa api neraka, yang demikian apabila mereka beribadah kepada Nya, mentauhidkan Nya, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Nya, dan menunaikan hak Nya, maka balasan bagi mereka adalah surga dan kemuliaan. Sebagaimana yang Allah firmankan,
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ الآية [البينة:7- 8]،
Ini merupakan balasan bagi hamba Allah berupa surga, kemuliaan, kebahagiaan yang abadi yang tidak ada kematian, sakit, kefakiran, kebutuhan, dan hal yang memberatkan, bahkan berada di dalam kenikmatan dan kebaikan yang selama-lamanya, inilah balasan bagi siapa saja yang menyembah Allah, istiqamah menjalankan perintahNya, menjaga batasan-batasannya, dan menjauhi laranganNya.
Hadits yang mulia ini secara umum mengandung tiga perkara yaitu:
Perkara Pertama : Tauhid Adalah Hak Allah Yang Paling Besar
Perkara Kedua: Larangan Berbuat Syirik
Perkara Ketiga: Balasan Bagi Ahlu Tauhid
1. Mendapatkan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala berfirman :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rasa aman dan mereka mendapat petunjuk” (QS. Al An’am : 82).
2. Diampuni sebesar apapun dosanya
3. Masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab
4. Dijauhkan dari azab neraka.
Allah berfirman,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
Artinya : “Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sungguh Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka” (Q.S. Al Maidah: 72).
Footnote:
(1) Al-Bukhâri, no. 2856, 5967, 6267, 6500, 7373, Muslim, no. 30, Ahmad, V/228, 230, 236, 242, Abu Dâwud, no. 2559, At-Tirmidzi, no. 2643, An-Nasa`i dalam as-Sunanul Kubra, no. 9943, Ibnu Mâjah, no. 4296, Abu ‘Awanah, I/16, Abu Dâwud ath-Thayâlisi, no. 566, Ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr, XX/no. 256, Dan lainnya.
Lafazh yang dibawakan adalah salah satu riwayat Muslim, sementara dalam salah satu riwayat al-Bukhâri ada tambahan, “Lalu di akhir hayatnya, Mu’âdz mengabarkan hadits ini (kepada manusia) karena takut dosa (menyembunyikan ilmu).”
Referensi : 1.https://almanhaj.or.id/13104-hak-allah-subhanahu-wa-taala-yang-wajib-dipenuhi-oleh-hamba-2.html
2.https://muslim.or.id/27662-hak-allah-taala-yang-wajib-dipenuhi-seluruh-hamba.html
Perkara Pertama : Tauhid Adalah Hak Allah Yang Paling Besar
Tauhid adalah hak Allah Ta’ala yang paling besar dan kewajiban yang paling wajib untuk ditunaikan seorang hamba, bahkan tauhid adalah sebab penciptaan jin dan manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya : tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz Dzariyat : 56).
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya : “dan sungguh kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah dan jauhilah Thagut” (An Nahl :36)
dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu dia berkata : ketika Nabi Shallallahu’alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman beliau bersabda : “sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahlul kitab, maka jadikanlah yang pertama kali engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah Ta’ala, jika mereka telah mengetahuinya maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan sholat lima kali sehari semalam….”6
Makna Tauhid
Tauhid secara etimologi (bahasa) adalah mashdar dari fi’il (kata kerja) “wahhada- yuwahhidu” yang artinya menjadikan sesuatu satu. Adapun secara terminologi (istilah) syar’iyyah adalah mengesakan Allah pada hal-hal yang menjadi kekhususan bagi-Nya berupa rubbubiyyah, uluhiyyah serta asma dan shifat-Nya.
rububiyah Allah. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Artinya : “katakanlah (hai Muhammad) siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ?,maka mereka akan menjawab “Allah”. Maka katakanlah “mengapa kamu tidak bertaqwa (kepadaNya)? (Yunus : 31).
tauhid Uluhiyyah diantaranya:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : “padahal mereka hanya diperintah hanya menyembah Allah, dengan ikhlas mentaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga untuk melaksanakan sholat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus” (Al Bayyinah: 5).
Artinya : “Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan” (Al Fatihah : 5).
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Artinya : “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, maka janganlah kalian menyembah seorang pun disamping (menyembah) Allah” (Al Jin : 18).
nama-nama dan sifat-sifat diantaranya adalah firman Allah :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
Artinya : “ dan Allah memiliki Asmaul Husna (Nama-nama Yang indah) maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna Itu” (QS. Al A’raf : 180).
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. dan Dia Maha Mendengar maha Melihat” (QS. Asy Syura : 11).
Perkara Kedua: Larangan Berbuat Syirik
Perkara Ketiga: Balasan Bagi Ahlu Tauhid
Komentar
Posting Komentar