Saudaraku rahimakumullah, Allah ﷻ telah memudahkan kita untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan, dan memang beribadah di bulan Ramadhan jauh terasa lebih ringan untuk kita kerjakan.
Setelah Ramadhan berakhir hendaknya kita sangat berharap agar amal ibadah kita diterima oleh Allah ﷻ karena diantara tanda suatu amal diterima oleh Allah adalah orang tersebut akan dimudahkan untuk beramal setelahnya.
Sebagian ulama terdahulu berkata,
"إن من ثواب الحسنة الحسنةَ بعدها، وإن من عقوبة السيئة السيئةَ بعدها" [قاله ابن تيمية في الصفدية].
"Sesungguhnya diantara pahala amal kebaikan adalah melakukan kebaikan setelahnya. Dan diantara bentuk hukuman dari perbuatan buruk adalah berbuat buruk setelahnya." (Perkataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah)
Setelah Ramadhan berlalu, muncul suatu pertanyaan akankah kita masih bisa beribadah sebagaimana ketika berada di bulan Ramadhan?
Yang harus ditanamkan pada diri kita adalah bahwa kita hidup di dunia untuk beribadah kepada Allah ﷻ, dan ibadah tidak dibatasi dengan waktu tertentu saja, kita beribadah bukan hanya ketika bulan Ramadhan, tapi kita beribadah sampai kapanpun selama kita masih diberi kehidupan oleh Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman,
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. Al Hijr:99)
Maka apa yang harus menjadi titik fokus kita sekarang adalah bagaimana kita meraih istiqamah setelah Ramadhan.
Shahabat Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi Radhiyallahu Anhu pernah bertanya,
يا رسول الله، قل لي في الإسلام قولًا لا أسأل عنه أحدًا بعدك،
”Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku satu perkataan dalam Islam, yang aku tidak akan bertanya lagi kepada kepada seorangpun selain engkau.” Beliau Nabi ﷺ bersabda,
((قُلْ: آمنتُ بالله، فاستقِمْ))
”Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah”, kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim no. 38)
Terus menerus mengerjakan amal shaleh meskipun sedikit merupakan perkara yang bisa mendatangkan kecintaan dari Allah ﷻ, Nabi ﷺ pernah bersabda,
أَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ أدْومُها و إن قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.” (HR. Al Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 783)
Dalam sebuah hadits Qudsi yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, Allah ﷻ berfirman,
مَنْ عَادَى لِي وَلِيَّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ. وَمَا تَقَرَّبَ إِلِيَّ عَبْدِيْ بِشَيءٍ أَحَبَّ إِلِيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ. ولايَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
”Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku menyatakan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal–hal yang telah Aku wajibkan baginya. Senantiasa hamba–Ku mendekatkan diri kepada–Ku dengan amalan-amalan nafilah (sunnah) hingga Aku mencintainya." (HR. al Bukhari no. 6502 dari shahabat Abu Hurairah -Radhiyallahu 'anhu-)
Maka berdasarkan hadits Qudsi ini kita simpulkan bahwa istiqamah melaksanakan amal ketaatan bisa mendatangkan kecintaan dari Allah, maka hendaknya kita istiqamah untuk mengerjakan amalan yang wajib kemudian amalan yang Sunnah
Pertama: amalan yang wajib.
1. Shalat wajib lima waktu.
Rasulullah ﷺ bersabda,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمْ الصَّلَاةَ وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ
"Beristiqamahlah kalian, dan sekali-kali kalian tidak akan dapat menghitungnya. Dan ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat, dan tidak ada yang menjaga wudlu kecuali orang mukmin." [Ibnu Majah no. 226 dari Tsauban Radhiyallahu anhu]
2. Shalat berjamaah bagi kaum laki-laki.
3. Menuntut ilmu agama
Kedua: amalan yang Sunnah.
1. Shalat Sunnah.
2. Puasa Sunnah.
Diantara puasa Sunnah yang bisa kita lakukan saat-saat ini adalah puasa enam hari di bulan Syawal yang pahalanya kata Nabi ﷺ adalah seperti berpuasa selama satu tahun penuh.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَن صامَ رَمَضانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِن شَوَّالٍ، كانَ كَصِيامِ الدَّهْرِ.
“Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh” (HSR Muslim (no. 1164)).
3. Membaca Al Quran
4. Infak dan sedekah
Kemudian hendaknya kita banyak berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar diberikan keteguhan hati, ketetapan hati, dan istiqamah untuk menjalankan amal ketaatan kepada Allah ﷻ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu. Sungguh hanya Engkaulah Yang Maha Pemberi karunia." (QS. Âli 'Imrân: 8)
Diantara doa yang paling sering dipanjatkan oleh Nabi ﷺ adalah doa,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).” (HR. At Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Masjid Al Muslimun kelurahan Grendeng, 3 Syawwal 1445 H
Komentar
Posting Komentar