Langsung ke konten utama

Kurban Ibadah Penuh Hikmah

 Hikmah Kurban.

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله, وبعد:

Saudaraku kaum muslimin yang berbahagia yang semoga dirahmati Allah ﷻ, sesungguhnya Allah ﷻ menciptakan manusia bukan tanpa suatu tujuan, Allah ﷻ menciptakan manusia untuk suatu tujuan yang agung yaitu untuk beribadah kepada Allah ﷻ semata.

Allah ﷻ berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Qs. Adz Dzariyat:56)

Ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama kita dalam definisinya yaitu,

الْعِبَادَة هِيَ اسْم جَامع لكل مَا يُحِبهُ الله ويرضاه من الْأَقْوَال والأعمال الْبَاطِنَة وَالظَّاهِرَة

“Suatu ungkapan yang mencakup segala yang Allah ﷻ cintai dan Allah ﷻ ridhai berupa ucapan maupun perbuatan baik yang tampak maupun tersembunyi.” (Al ‘Ubudiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah)

Ibadah ini cakupanannya begitu luas yang meliputi ibadah hati, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Dan ibadah ada yang bersifat ibadah mahdhah dan ada yang bersifat ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang murni ibadah sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang bukan murni ibadah.

Dari semua cakupan ibadah terhimpun dalam sebuah ayat yaitu firman Allah ﷻ,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah ﷻ, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Qs. Al An’am:162-163)

Ayat yang mulia ini telah terkandung di dalamnya seluruh macam ibadah, baik ibadah hati, ibadah lisan, maupun ibadah anggota badan, demikian juga terakandung macam ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.

Diantara ibadah yang telah diperintahkan Allah ﷻ adalah berkurban. Yaitu menyembelih hewan kurban berupa unta, sapi, kambing atau domba pada hari raya setelah kaum muslimin mengerjakan shalat ‘Id dengan menyebut nama Allah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dan kurban ini merupakan syiar Islam yang agung.

Hukumnya adalah sunnah muakkadah, berdasarkan firman Allah ﷻ,

(فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ)

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (Qs. Al Kautsar:2)

Ayat yang mulia ini menunjukkan akan disyariatkannya berkurban.

Sebagaimana ibadah-ibadah yang Allah ﷻ perintahkan memiliki hikmah yang terkandung di dalamnya, demikian juga syariat kurban memiliki hikmah yang terkandung di dalamnya.

Shahabat Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu- mengungkapkan,

 (أن النبي - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده، وسمّى وكبر، ووضع رجله على صفاحهما)

“Bahwa Nabi berkurban dengan dua kambing kibas yang bertanduk (terdapat warna hitam dan putih, pent.) beliau menyembelihnya dengan tangannya, beliau mengucapkan basmallah dan bertakbir, serta beliau meletakkan kakinya pada samping leher “. (HR. Al Bukhari no. 5553 dan Muslim no. 1966)

Berdasarkan hadits ini dianjurkan bagi seorang yang berkurban untuk menyembelih sendiri hewan kurbannya.

Agar ibadah yang kita lakukan bernilai pahala dan diterima oleh Allah ﷻ maka hendaknya di dalam ibadah kita harus selalu diperhatikan dua hal yang paling asasi yaitu hendaknya ibadah dibangun di atas keikhlasan hanya mengharapkan pahala dari Allah ﷻ dan yang kedua adalah berusaha untuk meneladani Rasulullah ﷺ.

Allah berfirman ﷻ,

{لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ}

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (Qs. Al Hajj:37)

Maknanya adalah daging-daging sembelihan hadyu bagi jamaah haji dan sembelihan kurban tidak akan sampai kepada Allah, tidak pula darah-darahnya, akan tetapi yang sampai dari kalian adalah niat dan keikhlasan. Sebagaimana ayat ini turun berkenaan penduduk jahiliyyah mereka melumuri baitullah dengan darah-darah unta, lalu menyebabkan kaum muslimin ingin hendak melakukan yang semisal.

Saudaraku kaum muslimin yang berbahagia yang semoga dirahmati Allah ﷻ, ibadah kurban merupakan sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dengan ibadah kurban ini kaum muslimin menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Allah ﷻ berfirman,

 ﴿ ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴾

"Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik.” (Qs. An Nahl:123)

Mengenai ayat yang mulia ini, imam Ibnul jauzi rahimahullah menjelaskan di dalam Zaadul Masiir, “Yang dimaksud dengan Millah Nabi Ibrahim adalah agamanya, dan mengenai perkara yang kita diperintah untuk mengikutinya ada dua penafsiran,

Pertama: Bahwasanya Allah ﷻ perintahkan untuk mengikutinya pada seluruh ajaran agamanya kecuali apa yang diperintah untuk ditinggalkan.

Kedua: mengikutinya dalam hal berlepas diri dari berhala, beragama dengan islam. Ini merupakan pendapat imam Abu Ja’far Ath Thabari.

Selain itu syariat kurban sangat erat hubungannya dengan kisah Nabi Ibrahim dan putranya yaitu Nabi Ismail –‘alaihimassalam-. Dari syariat kurban kita bisa belajar kesabaran dan ketaatan mereka berdua kepada perintah Allah ﷻ

Disaat kita mengingat kisah ketaatan dan ketegaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimassalam dan kita bisa melihat keduanya begitu lebih mendahulukan ketaatan kepada Allah ﷻ dan kecintaan kepada Allah ﷻ daripada kecintaan kepada apapun selain Allah ﷻ menjadikan tekad kita semakin kuat dan semangat kita semakin terpacu di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah .ﷻ

Allah ﷻ terangkan kisah keduanya di dalam firman Nya,

﴿ فلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ * فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ * وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ * إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ * وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ * وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ * سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ * كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ * إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ ﴾

“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (Qs. Ash Shaffat:101-111)

Di dalam ibadah kurban terdapat dorongan untuk memiliki kepedulian terhadap keluarga, karib kerabat, tetangga, serta kaum fakir. Yang demikian menyebabkan bertambahnya rasa kasih sayang diantara kaum muslimin, dan ini merupakan perkara yang dituntut dan terpuji terlebih lagi di hari-hari yang diberkahi.

Sesungguhnya nikmat Allah sangatlah banyak tidak terhitung dan tidak terhingga Seperti nikmat iman dan ketaatan, nikmat mendengar dan melihat, nikmat harta dan anak. Nikmat-nikmat ini perlu disyukuri karena tetapnya nikmat-nikmat tersebut. Allah ﷻ berfirman,

﴿ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا ﴾

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Qs. Ibrahim:34)

Diantara cara mensyukuri nikmat Allah ﷻ adalah dengan berinfak di jalan Allah ﷻ dan bekurban. Termasuk dari gambaran ungkapan syukur seorang hamba kepada Allah ﷻ adalah dengan berkurban. Firman Allah ﷻ,

(فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ)

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (Qs. Al Kautsar:2) Setelah Allah sebutkan karunia Nya kepada Nabi Muhammad, Allah perintahkan beliau untuk mensyukurinya. Dalam ayat ini dikhususkan dengan dua ibadah yaitu shalat dan berkurban dikarenakan keduanya merupakan ibadah yang paling utama dan paling mulia. Shalat terkandung di dalamnya ketundukkan di dalam hati dan anggota badan karena Allah semata dan terpusat seluruh macam ibadah, sedangkan berkurban seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang paling utama yang dimiliki hamba dan mengeluarkan harta yang mana naluri manusia sangat mencintainya dan bakhil terhadapnya. (Tafsir As Sa’di)

Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bish shawab. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi washahbihi wa sallam.

Karang Lewas, 23 Dzulqa’dah 1445 H


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suwargo Nunut Neroko Katut

Suwargo Nunut Neroko Katut admin 28 Juni 2015 | 4.884 | 1 | Suwargo Nunut Neroko Katut Kaum muslimin yang berbahagia rahimani wa rahimakumullah , di tengah-tengah masyarakat jawa ada sebuah ungkapan yang cukup masyhur dan oleh sebagian masyarakat jawa ungkapan ini sudah menjadi sebuah falsafah yang mereka anut. Sebuah ungkapan yang menjelaskan apabila ada seseorang yang nantinya masuk surga maka anggota keluarganya seperti anak, istri, dan orang tua bisa turut ikut masuk ke dalam surga. Demikian juga apabila ada seseorang yang nantinya masuk neraka maka anggota keluarganya seperti anak, istri, dan orang tua bisa ikut masuk ke dalam neraka. Ungkapan yang dimaksud berbunyi, “Suwargo Nunut Neroko Katut,” yang kurang lebih artinya adalah surga bisa ikut numpang dan neraka bisa ikut terbawa yang maksudnya adalah seseorang bisa ikut terbawa masuk ke dalam surga atau neraka disebabkan kelua...

Urgensi Beriman Kepada Hari Akhir Dan Pengaruhnya Terhadap Pribadi Seseorang

Urgensi Beriman Kepada Hari Akhir Dan Pengaruhnya Terhadap Pribadi Seseorang. Beriman Kepada Hari Akhir merupakan perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang demikian dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: 1. Beriman kepada hari akhir merupakan satu diantara rukun iman yang enam. 2. Beriman kepada hari akhir merupakan bagian dari keyakinan pokok islam yang mana bangunan akidah dibangun diatasnya setelah permasalahan keesaan Allàh. 3. Beriman kepada hari akhir dan tanda-tandanya termasuk beriman kepada perkara ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh akal dan tidak ada cara untuk mengetahuinya kecuali dengan dalil wahyu (al Quran dan as Sunnah) 4. Iman kepada hari akhir seringkali digandengkan dengan iman kepada Allàh. Seperti dalam surat al Baqarah ayat 177, لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ َ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke ara...

Keutamaan Shalat Berjamaah

  إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له.  وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله،  وصلى الله على محمد وعلى آله وصحبه   وَبَارك وسلم. أمَّا بَعْدُ : فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عز وجل فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى: {يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱلَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَ لَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ} Maasyiral muslimin -rahimakumullah-, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Nya, semoga shalawat dan salam akan senantiasa terlimpah kepada Nabi Nya yang mulia, nabi kita Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-, kepada keluarganya, para shahabatnya, para pengikutnya, dan kaum muslimin hingga akhir zaman nanti.  Kaum muslimin -rahimakumullah-, shalat berjamaah merupakan...