Kaidah ke-7.
"Sudah menjadi sunnatullah pada ciptaan Nya dan agungnya kuasa Nya adalah Allah ﷻ menjadikan setiap makhluk itu berkelompok dan nyaman dengan yang cocok sesuai dengan tabiatnya."
Shahabat Ibnu Abbas pernah melihat seorang laki-laki, lalu beliau berkata, "Sesungguhnya dia itu mencintaiku," mereka bertanya, "Darimana engkau mengetahuinya?" Beliau mengatakan, "Sesungguhnya aku benar-benar mencintainya, dan ruh-ruh itu adalah prajurit yang berkelompok-kelompok."
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
"Roh-roh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih."
[HR. Muslim no. 2638]
Kaidah dari hadits ini menerangkan satu diantara hikmah Allah ﷻ dalam ciptaan Nya yaitu adanya kesamaan bentuk dalam kebaikan dan keburukan, kelayakan dan kerusakan, sesungguhnya kebaikan dari manusia akan menyesuaikan bentuknya, yang jahat rekannya itu condong kepada rekannya, ruh-ruh itu saling mengenal berada sesuai tabiat- tabiatnya yang disifatinya berupa kebaikan dan keburukan, jika terjadi kecocokan maka saling mengenal dan jika berbeda saling mengingkari.
Adanya kecocokan dan keakraban antar hal yang sama, serta saling tarik-menariknya sesuatu dengan yang sesuai dengannya, keseragamannya sesuai tabiatnya, menjauh dari yang berbeda, dan terpisah karena tabiat. Rahasia menyatu dan terhubungnya di alam langit maupun bumi dikarenakan kecocokan, kesamaan bentuk, dan kesesuaian. Sedangkan rahasia saling menjauh dan berpisah Karena tidak serupa dan tidak cocok. Ini merupakan ciptaan dan perintah Allah ﷻ. Yang sama akan condong kepada yang sama dan menjadi satu. Kebalikannya yang berbeda menjauh dari yang beda dan berpisah.
Kita perhatikan dalam prakteknya menyebabkan seseorang bisa melewati ujian yang melintas dan menimpanya. Perhatikan kisah ashabul Kahfi.
Sesungguhnya para pemuda itu tatkala melihat perbuatan kaumnya dengan mata bashirah, mereka mengetahui bahwa yang diperbuat kaumnya itu seperti sujud kepada berhala-berhala mereka dan menyembelih untuk berhala, tidak selayaknya kecuali hanya untuk Allah ﷻ yang telah menciptakan langit dan bumi! Lalu masing-masing dari mereka berlepas diri dari kaumnya, menjauh dari mereka, yang pertama duduk diantara mereka sendirian dia duduk di bawah naungan pohon, lalu datang yang lain duduk di sampingnya, dan seterusnya, setiap mereka tidak saling mengenal yang lain! Yang mengumpulkan mereka di sana adalah yang menghimpun hati mereka untuk beriman. Berkata imam Ibnu Katsir rahimahullah, "Ini sebagaimana datang dalam hadits, "Ruh-ruh itu seperti prajurit yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih."
Adapun ayat yang menunjukkan akan hal ini cukup banyak, diantara yang paling jelas adalah ayat berikut:
1. Firman Allah Ta'ala,
ٱلْخَبِيثَٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَٱلْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَٰتِ ۖ وَٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga). (Qs. an-Nur:26)
Seorang mukmin menjadi yakin bahwa Allah ﷻ memilihkan untuk Nabi Nya istri-istri dan para shahabat melakukan yang baik. Beliau adalah pemuka orang yang baik, maka siapa saja yang mengira bahwa istri-istri beliau atau para shahabat adalah bukan orang baik sungguh dia telah mendustakan Allah ﷻ pada Khabar Nya serta mendustakan Rasul Nya juga.
"Tidak mungkin Rasulullah ﷺ itu memilih untuk menemaninya dari orang-orang yang buruk dan jelek."
2. Firman Nya,
وَاِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْۖ
"dan apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh)." (QS. At Takwir:7)
Dan firman Nya,
۞ احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
"(kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah." (QS. Ash shaaffat:22)
Maksudnya adalah yang serupa dan semisal dengan mereka. Berkata Al Faruq Radhiyallahu Anhu mengenai tafsir surat at Takwir ayat 7, "Orang-orang yang semisal adalah setiap orang bersama setiap kaum yang mereka beramal seperti amalnya."
Allah ﷻ berfirman,
وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10)
"dan kamu menjadi tiga golongan, (7) yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu, (8) dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu, (9) dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), (10) merekalah yang paling dahulu (masuk surga)." (QS. Al waqiah:7-10)
Beliau mengatakan, "mereka adalah orang-orang yang semisal."
Diriwayatkan dari imam Malik rahimahullah bahwa beliau berkata, "Manusia beragam bentuk seperti jenis-jenis burung, merpati bersama merpati, gagak bersama gagak, bebek bersama bebek, ..., setiap orang bersama yang sejenis."
Dalam pepatah arab disebutkan,
"الطيور على أشكالها تقع"
"Burung-burung itu berkumpul dengan yang sejenis."
Inilah kenyataannya, orang baik tidak menerima kecuali yang baik, baik itu ucapan maupun perbuatan, atau teman, rekan, pasangan. Dan yang buruk tidak menerima kecuali yang buruk juga
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu beliau berkata, "Janganlah engkau tanyakan kepada seseorang tentang cintanya kepadamu, dan lihatlah apa yang terdapat pada dirimu untuknya, sesungguhnya pada dirinya semisal itu."
Shahabat Abu Darda menulis surat untuk Maslamah bin makhlad yang ketika itu adalah seorang gubernur di Mesir, "Amna badu, sesungguhnya hamba apabila melakukan amal ketaatan, Allah ﷻ mencintainya, apabila Allah ﷻ mencintainya dijadikan manusia mencintai dirinya. Apabila melakukan kemaksiatan kepada Allah, Allah ﷻ membencinya, dan apabila Allah telah membencinya dijadikan manusia membenci dirinya."
Imam Ibnu Abdul Barr -rahimahullah-, "Ini merupakan ucapan yang keluar sesuai makna umum, sedang makna khususnya adalah ahli ketaatan dijadikan mencintai ahli iman, dan dijadikan benci kepada ahli kemunafikan dan maksiat, dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ, "Hati itu adalah pasukan yang berkelompok-kelompok, jika saling mengenal mereka akan menjadi akrab, dan jika saling bermusuhan maka mereka akan saling berselisih."
Dalam kehidupan nyata terdapat praktek atas kaidah ini, yaitu dari hadits ini bisa diambil faidah bahwa seseorang apabila dia mendapati pada dirinya dorongan untuk menjauh dari seseorang yang memiliki keutamaan dan kebaikan, maka seyogyanya dia mencari tahu penyebabnya untuk dia berusaha menghilangkannya, sehingga dia terbebaskan dari sifat tercela, dan seperti itu juga hal sebaliknya.
Para ulama yang berbicara tentang pendidikan dan akhlak menganggap pertemanan dan pergaulan sebagai suatu rukun dari rukun-rukun dari setiap dua pihak yang saling bersahabat, maka mereka menganjurkan untuk berteman dengan orang-orang yang baik dan memperingatkan dari teman yang buruk.
Kesimpulan:
1. Termasuk sunnatullah pada ciptaan Nya dan agungnya kuasa Nya, Allah ﷻ menjadikan setiap makhluk mendekat dan nyaman dengan yang serupa dalam tabiatnya.
2. Tidak mungkin Rasulullah ﷺ memilih orang-orang yang buruk dan rusak untuk menemaninya.
3. Apabila engkau menganggap baik amalan orang-orang yang rusak maka periksalah hatimu.
4. Mencintai orang-orang shalih dan
amalan baik tanda kebaikan bagi hamba
Komentar
Posting Komentar