Langsung ke konten utama

Nikmat Allah ﷻ kepada Bani Israil

 Tafsir surat Al-Baqarah ayat 49-53.


ini adalah awal dari penyebutan satu persatu nikmat-nikmat Nya terhadap Bani Israil dengan suatu perincian.


Kelima ayat di atas mengandung 4 nikmat amat besar yang Allah ﷻ karuniakan kepada Bani Israil. Nikmat-nikmat itu Allah ﷻ perintahkan untuk mengingatnya agar mereka mensyukurinya dan beriman kepada rasul Nya yaitu Muhammad ﷺ dan agama Islam.

وَإِذْ نَجَّيْنَٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ


Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya (Selamat dari kebinasaan, seperti selamat dari tenggelam atau selamat dari adzab); mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. (Tidak membunuh bayi perempuan agar mereka besar dan menjadi pelayan, dan membunuh bayi laki-laki karena merasa takut ketika mereka dewasa kelak.) Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. (Sehingga tidak bisa dilalui.)


Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir pada masa lalu, sebutan bagi setiap penguasa Mesir yang kafir, termasuk juga bagi penguasa dari suku Amaliq dan lainnya. Menurut sejarah, Fir'aun pada masa Nabi Musa 'alaihis salam ialah Menepthan (1232-1224 SM) anak Ramses.

Di ayat ini dan setelahnya menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada bani Israil.


Pertama, Allah Ta’ala menyelamatkan mereka dari Fir’aun dan bala tentaranya, lepas dari hukum yang dzalim serta berbagai macam bentuk siksaan, di antaranya : membunuh bayi laki-laki dan menjadikan anak-anak perempuan sebagai pembantu dalam rumah seperti budak.


Disebutkan bahwa hari itu adalah hari Asyura, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas.” Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, dan melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Rasulullah ﷺ bertanya, ”Hari apa ini? sehingga kalian berpuasa?” Mereka menjawab, ”Ini adalah hari yang baik di mana Allah ﷻ menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, lalu nabi Musa alaihissalam berpuasa” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Kami lebih berhak dan lebih dekat dengan Musa daripada kalian,” lalu Rasulullah ﷺ berpuasa pada hari itu dan memerintahkan untuk untuk berpuasa pada hari itu." (HR. Al Bukhari dan Muslim)


Pelajaran dari ayat :

• Menyebutkan kenikmatan membuat seseorang dapat mensyukurinya. Dan syukur adalah tujuan dari menyebutkan kenikmatan.


وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ ٱلْبَحْرَ فَأَنجَيْنَٰكُمْ وَأَغْرَقْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ


Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.


Allah ﷻ jadikan lautan itu terbelah menjadi dua bagian, dan bagian tengahnya berupa daratan kering yang dapat kalian lalui wahai pengikut Musa sehingga kalian akan selamat. Laut yang dimaksud dalam ayat adalah laut Qalzum (Laut merah).


Makna ayat :

Kedua, Terbelahnya lautan menjadi dua bagian sehingga mereka selamat, dan melihat musuh mereka tenggelam di depan mata. 

*Supaya menjadikan mereka lega dan menjadikan kehinaan bagi musuh mereka.

*Tatkala kezaliman itu sampai kepada puncaknya, itu sebagai tanda akan segera hilangnya kekuasaan tersebut.


Allah ﷻ tidak menjelaskan dalam ayat ini bagaimana mereka tenggelam, namun Allah ﷻ menjelaskannya dalam ayat-ayat yang lain, seperti dalam firman-Nya:

فَأَتْبَعُوهُم مُّشْرِقِينَ. فَلَمَّا تَرَاءى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلاَّ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ. فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ. وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الآخَرِينَ.


Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. (Qsh. as-Syu’ara: 60-64)


Pelajaran dari ayat :

• Ketika Allah Ta’ala menguji hamba-hambaNya, ada hikmah yang tinggi maka tidak boleh protes terhadap ujian yang Allah berikan.


وَإِذْ وَٰعَدْنَا مُوسَىٰٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ ٱتَّخَذْتُمُ ٱلْعِجْلَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَنتُمْ ظَٰلِمُونَ


Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.


Ketiga, Ampunan yang Allah ﷻ berikan karena kesalahan yang telah mereka perbuat dengan menjadikan patung anak sapi sebagai berhala dan menyembahnya.

Kemudian pada ayat ketiga disebutkan mengenai janji Allah ﷻ kepada Musa setelah bani Israil selamat selama empat puluh hari, yaitu bulan Dzulqo’dah dan 10 hari Dzulhijjah untuk memberikan Taurat, agar dapat digunakan sebagai landasan hukum oleh Bani Israil, maka ketika Musa pergi terjadilah kejadian dimana Samiri mengumpulkan seluruh perhiasan wanita Bani Israil dan membuat patung anak sapi, kemudian mengajak mereka untuk menyembahnya. Maka mereka menyembah patung anak sapi itu. Hal ini mengakibatkan turunnya adzab, akan tetapi Allah memaafkannya agar mereka bersyukur.

*Disebutkannya malam adalah isyarat saat yang paling lezat untuk bermunajat kepada Rabbnya.


Pelajaran dari ayat :

• Kesyirikan adalah kedzaliman karena meletakkan ibadah bukan pada tempatnya.


ثُمَّ عَفَوْنَا عَنكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ


Artinya: Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.


Syukur adalah menampakkan kenikmatan dengan mengakuinya dan memuji Allah Ta’ala atas pemberiannya, kemudian mempergunakannya dalam hal yang Allah ﷻ ridhoi.


Makna ayat :

Maka Allah ﷻ mengampuni kesalahan itu dan tidak menghukumnya dengan adzab agar mereka bersyukur dengan beribadah kepada Allah saja, tidak menyekutukan Nya.


وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ


Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.


Makna ayat :

Keempat, Allah ﷻ telah memuliakan nabi yang diutus kepada Bani Israil yaitu Musa ‘alaihissalam dengan menurunkan taurat, dimana berisi petunjuk, cahaya, dan mukjizat yang melawan kebathilan Fir’aun dan membenarkan dakwah yang dibawa oleh Musa ‘alaihissalam.

Nikmat-nikmat yang sudah disebutkan sebelumnya adalah kandungan ayat yang kelima, mengetahui berbagai nikmat itu maka dapat memahami secara global kecuali pada ayat pertama yang berbunyi, ”Dan pada demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu” merupakan berita bahwa adzab yang diperoleh Bani Israil dari Fir’aun merupakan ujian dan cobaan dari Allah Ta’ala kepada mereka.


Pelajaran dari ayat :

• Hikmah dari pengutusan rasul serta diturunkannya kitab adalah sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengenal Tuhan Nya dan tata cara mendekatkan diri kepada Nya untuk beribadah dan menyempurnakan serta membuat bahagia di dunia dan akhirat.



Sisi kelam Bani Israil 

Surat Al Baqarah ayat 54-57


Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang" (QS. al Baqarah:54)

Makna ayat :

Pada ayat yang sebelumnya Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang diperoleh pendahulu mereka agar mensyukurinya dengan beriman kepada rasulNya. Kemudian di sini Allah menyebutkan beberapa dosa yang dilakukan pendahulu bani Israil agar dijadikan bahan renungan sehingga menjadi beriman. Allah menyebutkan dengan kejadian ketika Bani Israil membuat patung anak sapi sebagai berhala yang mereka sembah. Kejadian itu terjadi setelah Allah menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun, saat Musa ‘alaihissalam pergi menemui Rabbnya dan menjadikan Harun sebagai wakilnya. Maka Samiriy membuat patung anak sapi dari emas, lantas mengatakan kepada Bani Israil “ini adalah Tuhan kalian dan Tuhannya Musa, maka sembahlah.” Banyak yang mengikuti seruan Samiriy sehingga mereka murtad dengan perbuatannya itu. Maka Allah menjadikan syarat diterimanya taubat dari kemurtadan agar orang-orang yang tidak menyembah anak sapi membunuh orang-orang yang menyembahnya. Terbunuhlah 70.000 orang sebagai bentuk pertaubatan mereka kepada Allah Ta’ala, dan Allah menerima taubatnya karena Dia yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.


*Kepergian ulama yang shalih sangat berpotensi terjadinya penyimpangan di tengah masyarakat.


Pelajaran dari ayat :

• Ibadah yang dilakukan oleh seorang mukmin kepada selain Allah ﷻ, dan dia tahu itu merupakan ibadah kepada selain Allah ﷻ akan terhitung sebagai kemurtadan dari agama dan kesyirikan.

• Pensyariatan untuk membunuh orang yang murtad, dalam hadits disebutkan, ”Barangsiapa yang murtad dari agama maka bunuhlah.” Akan tetapi itu dilakukan setelah memintanya untuk bertaubat.


Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya". (QS. al-Baqarah:55)



Makna ayat :

Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan kejadian lain yaitu ketika Bani Israil menyembah patung anak sapi yang menyebabkan mereka murtad, Musa memilih (dengan perintah dari Allah) 70 orang lelaki pilihan yang tidak menyembah berhala, untuk pergi bersama Musa ke bukit Tursina meminta pengampunan kepada Allah Ta’ala karena perbuatan saudara-saudaranya menyembah berhala. Ketika sampai di sana, mereka berkata kepada Musa,”Mintalah kepada Rabbmu untuk memperdengarkan kalamNya”. Maka Allah berkata,”Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tidak ada sesembahan selainKu. Aku telah mengeluarkan kalian dari Mesir karena tangan besi Fir’aun, maka sembahlah Aku dan jangan beribadah kepada selainKu.”

Ketika Musa memberitahukan kepada orang-orang yang dibawanya bahwa syarat diterima taubat dengan membunuh diri-diri mereka. Maka mereka berkata,”Kami tidak akan beriman kepadamu, yaitu tidak mengikuti ucapanmu bahwa kami membunuh satu sama lain sampai kami melihat Allah dengan mata kepala.” Ini adalah dosa yang amat besar mereka perbuat karena mendustakan rasulnya, maka Allah murka dan menurunkan adzabNya berupa kilat yang menyambar sehingga mencelakakan mereka.


Pelajaran dari ayat :

• Kehidupan ini hakikatnya adalah untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala dengan beribadah hanya kepadaNya.


Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. (QS. al-Baqarah:56)


Makna ayat :

Satu persatu mereka mati sedangkan mereka melihat, kemudian Allah menghidupkan mereka setelah sehari semalam. Hal itu agar mereka bersyukur dan beribadah kepada Allah saja.



Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Qs. Al-Baqarah:57)


Makna ayat :

Lantas Allah menyebutkan nikmat yang lain berupa kemuliaan dan nikmat untuk mereka dengan naungan awan di atasnya, juga Allah menurunkan Manna dan Salwa pada saat kejadian Tiih di gurun Sina dalam firmanNya, ”Kami tidak mendzalimi mereka” petunjuk bahwa ujian Tiih adalah hukuman untuk mereka karena meninggalkan jihad serta kesembronoan ketika mengucapkan kepada Musa, ”Pergilah engkau dan Tuhanmu berperang, kami duduk-duduk di sini saja.” Allah tidak mendzalimi mereka saat kejadian Tiih akan tetapi itu karena mereka mendzalimi dirinya sendiri.


Pelajaran dari ayat :

• Makanan dan minuman disebut halal jika dihalalkan oleh Allah sedangkan disebut haram ketika diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.






Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, d



an kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik". (Qs. Al-Baqarah:58)









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suwargo Nunut Neroko Katut

Suwargo Nunut Neroko Katut admin 28 Juni 2015 | 4.884 | 1 | Suwargo Nunut Neroko Katut Kaum muslimin yang berbahagia rahimani wa rahimakumullah , di tengah-tengah masyarakat jawa ada sebuah ungkapan yang cukup masyhur dan oleh sebagian masyarakat jawa ungkapan ini sudah menjadi sebuah falsafah yang mereka anut. Sebuah ungkapan yang menjelaskan apabila ada seseorang yang nantinya masuk surga maka anggota keluarganya seperti anak, istri, dan orang tua bisa turut ikut masuk ke dalam surga. Demikian juga apabila ada seseorang yang nantinya masuk neraka maka anggota keluarganya seperti anak, istri, dan orang tua bisa ikut masuk ke dalam neraka. Ungkapan yang dimaksud berbunyi, “Suwargo Nunut Neroko Katut,” yang kurang lebih artinya adalah surga bisa ikut numpang dan neraka bisa ikut terbawa yang maksudnya adalah seseorang bisa ikut terbawa masuk ke dalam surga atau neraka disebabkan kelua...

Urgensi Beriman Kepada Hari Akhir Dan Pengaruhnya Terhadap Pribadi Seseorang

Urgensi Beriman Kepada Hari Akhir Dan Pengaruhnya Terhadap Pribadi Seseorang. Beriman Kepada Hari Akhir merupakan perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang demikian dikarenakan beberapa alasan sebagai berikut: 1. Beriman kepada hari akhir merupakan satu diantara rukun iman yang enam. 2. Beriman kepada hari akhir merupakan bagian dari keyakinan pokok islam yang mana bangunan akidah dibangun diatasnya setelah permasalahan keesaan Allàh. 3. Beriman kepada hari akhir dan tanda-tandanya termasuk beriman kepada perkara ghaib yang tidak bisa ditangkap oleh akal dan tidak ada cara untuk mengetahuinya kecuali dengan dalil wahyu (al Quran dan as Sunnah) 4. Iman kepada hari akhir seringkali digandengkan dengan iman kepada Allàh. Seperti dalam surat al Baqarah ayat 177, لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ َ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke ara...

Keutamaan Shalat Berjamaah

  إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له.  وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله،  وصلى الله على محمد وعلى آله وصحبه   وَبَارك وسلم. أمَّا بَعْدُ : فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عز وجل فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال الله تعالى: {يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱلَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَ لَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ} Maasyiral muslimin -rahimakumullah-, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Nya, semoga shalawat dan salam akan senantiasa terlimpah kepada Nabi Nya yang mulia, nabi kita Muhammad -shallallahu alaihi wa sallam-, kepada keluarganya, para shahabatnya, para pengikutnya, dan kaum muslimin hingga akhir zaman nanti.  Kaum muslimin -rahimakumullah-, shalat berjamaah merupakan...