Stop kebiasaan buruk berbohong!
Dusta mengantarkan kepada perbuatan dosa, merupakan kaidah Nabawiyah yang agung yang semakin memperjelas kemilau agama ini dan keindahannya yaitu wajib mengikuti akhlak mulia dan sifat-sifat mulia serta menjadikan mereka membenci akhlak tercela dan sifat-sifat rendahan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا (رواه مسلم)
“Kalian harus jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” (HR. Muslim)
Apakah dusta itu?
Dusta sebagaimana masyhur adalah mengabarkan sesuatu berdasarkan apa yang tidak sesuai realita yang ada.
Sedangkan Al fujur atau kejahatan secara asal adalah kecondongan dari maksud atau kecondongan dari Istiqomah dan dikatakan pula pendorong kemaksiatan.
Dikatakan fujur adalah keluar dari kebenaran secara sengaja sehingga yang Haq menjadi kebatilan dan yang batil menjadi Haq! Ini diantara yang didorong oleh kedustaan. Dengan dusta seseorang telah mengoyak tirai agama. Dusta merupakan muara semua keburukan.
Sebagaimana dusta mengajak kepada kejahatan yang mana itu adalah muara dari keburukan, demikian juga kejujuran mengajak kepada kebaikan yang mana itu adalah muara dari segala kebaikan, berupa mendapatkan kebaikan-kebaikan dan dijauhkan dari kejelekan-kejelekan, dan itu diartikan sebagai amal murni yang terus-menerus sampai mati.
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata,
والله ما كذبت منذ علمت أن الكذب يشين صاحبه
"Demi Allah, tidaklah aku berdusta sejak aku mengetahui bahwa dusta mempermalukan pelakunya."
Shahabat Abdullah bin Mas'ud sering berkata, "Senantiasa seorang hamba berdusta dan ditorehkan di hatinya noktah hitam, sampai hatinya hitam, lalu ditulis di sisi Allah ﷻ sebagai seorang pendusta."
Dusta tidak ditinggalkan oleh pelakunya, siapa saja yang hari ini berbohong dengan lisannya, kelak dia akan berbohong kembali esok hari dalam muamalah dan akhlaknya.
Dusta termasuk cacat yang paling buruk yang seseorang di masa jahiliyyah dicela , dan tidaklah Islam menambahkannya kecuali menguatkan keburukannya dan kejelekannya , lalu dusta ini menjadi dosa besar yang disepakati.
Diantara kisah menakjubkan yang menguatkan buruknya dusta di masa jahiliyyah adalah bahwa abu Sufyan ketika itu masih musyrik beliau ditanya oleh heraklius beberapa pertanyaan tentang Nabi ﷺ dimasa setelah perjanjian Hudaibiyah, diantaranya
Raja romawi ini bertanya lagi, “Apakah kalian menuduh dia berdusta atas apa yang diucapkannya bahwa dia mengklaim dirinya sebagai Nabi? Sebelum dia menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi, apakah dahulunya dia adalah seorang pendusta?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak”
Kemudian, Abu Sufyan ditanya lagi, “Apakah dia suka menghianati perjanjian?”
Abu Sufyan menjawab, “Tidak. Sepanjang kami hidup bersama dalam satu kabilah dengannya, kami tidak pernah melihat dia berdusta dalam bicara dan tidak pernah berkhianat dalam melakukan perjanjian. Pada saat ini, kami juga sedang melakukan perjanjian dengannya, tetapi kami tidak tahu apa yang akan dia lakukan.”
Dalam ucapan Rasulullah ﷺ , "karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan." Terdapat bukti bahwa dusta senantiasa ada di dalam kejahatan sampai menjerumuskan kedalam neraka.
Di zaman dimana era informasi begitu cepat, sepantasnya seorang muslim untuk mewaspadai setiap kedustaan yang di ucapkan oleh dirinya.
Dari Abdullah bin Mas'ud -raḍiyallāhu 'anhu- secara marfū',
(من حلف على يَمِينِ صَبْرٍ يَقْتَطِعُ بها مال امرئ مسلم، هو فيها فاجر، لقي الله وهو عليه غضبان)
"Siapa yang bersumpah dengan sumpah yang memaksa untuk merebut harta seorang Muslim, sedangkan dia berdusta dalam sumpahnya tersebut, niscaya ia bertemu Allah sedang Dia murka kepadanya."
Dari Hakim ibn Hizam ra, dia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar (pilihan untuk melangsungkan atau membatalkan jual beli) selama keduanya belum berpisah, atau beliau bersabda: hingga keduanya berpisah. Apabila keduanya jujur dan menampakkan dagangannya, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya, namun apabila keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka akan dihapus keberkahan jual beli keduanya.
Orang-orang yang menyebarkan setiap apa yang didengar atau dibaca berupa hadits-hadits yang disandarkan kepada Rasulullah ﷺ tanpa kroscek akan kevalidannya, maka kedustaan seperti ini berbeda dengan berdusta kepada yang lainnya, maka hendaknya menelitinya terlebih dahulu.
Komentar
Posting Komentar